Wednesday, November 2, 2016

Jalan jalan ke Lombok

Wuah.. post gw yang pertama nih di tahun 2016. Lupa kalau ternyata punya blog.

Seneng deh weekend kemarin akhirnya terwujud jalan jalan ke Lombok. Terakhir ke sana tuh pas tahun 2015 pas lagi tugas kantor. Dan kali ini ke sana lagi tanpa fasilitas kantor, thanks God.

Hari Pertama

Kami sewa mobil untuk 2 hari masing masing dimulai jam 8 pagi smp jam 8 malam, harganya Rp.1.100.000. Di DP dulu Rp.100.000 saat booking dan sisanya dibayar pas hari terakhir. Perginya naik citilink yang harga pp nya Rp.1.300.000.


Trus begitu sampai Mataram, sekitar jam 11 siang, kami diajak ke Desa Sade di mana orang orang asli Sasak tinggal, kalau gak salah ada skt 700 orang yang tinggal di perkampungan itu. Pas baru masuk, kami isi buku tamu dan kasih donasi yang jumlahnya terserah kita (wkt itu cm ksh Rp. 50.000). Trus kami dipandu sama satu orang guide.

Baru tahu kalau ternyata pernikahan di kampung itu biasanya adalah antar sepupu. Dan ada 2 jenis pernikahan: kawin culik dan kawin lari. Kawin culik artinya meski tidak ada rasa suka sama suka, sepasang pria dan perempuan diharuskan menikah karena masih sepupu. Sedangkan kawin lari adalah pernikahan karena suka dan suka dan masing masing keluarga pura pura tidak tahu. Jadi kalau seorang perempuan hilang dari kampung itu, semua pasti berpikir perempuan tersebut sudah menikah dengan orang lain.

Trus hal yang unik lagi, rumah di kampung tersebut secara rutin dipel dengan kotoran kerbau, untuk memberikan rasa hangat dan menolak segala jenis penyakit.

Trus di sana gw jg beli beberapa jenis kain tenun yang mmg dibuat oleh penduduk setempat dan hasilnya akan dibagi rata dengan penduduk kampung lain yang terlibat. Dan memang kain tenun mereka tidak sempurna dan ada cacatnya, tapi gw masih appreciate karya mereka yang memang gak gw temuin di butik2 manapun di Lombok yang kebanyakan flawless.



Abis itu, kami pergi ke Pantai Aan. Pantainya masih bagus dan bersih. Lalu kami sewa boat untuk nyebrang dan foto foto di Tanjung Bungo dan Batu Payung, seharga Rp.200.000. (harusnya sih lebih mahal, tapi karena lagi sepi kami dikasih harga lebih murah). Keren banget pemandangan di dua tempat itu. Dan di masing masing tempat kami dikasih waktu skt 1 jam dan didampingi sama guide cilik yang nunjukin jalan dan bantu foto. Oya sambil di kapal kami juga minum kelapa muda yang seger seharga Rp.10.000 per kelapa.


Abis itu kami makan siang di salah satu restoran di depan Pantai Kute yang enak banget rasanya, kami ber 4 menghabiskan Rp.335.000. Yang paling enak adalah ikan bakar saos tomatnya (pakai ikan tuna)

Setelah itu, kami pergi ke Pura Lingsar yang merupakan lambang perpaduan antara Islam dan Hindu. Tempatnya sebenarnya indah, tapi sayangnya kurang terawat. Di sana wisatawan bisa memberikan donasi secara sukarela dan juga tips untuk guide serta biaya sewa pita kuning (semua sekitar Rp.120.000). Dan ada satu kolam di mana kita bisa berdoa dan membuat harapan, lalu melempar koin ke arah kolam. Kalau koinnya masuk ke kolam, berarti doa kita akan terkabul.

Lalu kami check in di Hotel Aruna di wilayah Senggigi, yang kami booking via traveloka di kamar tipe superior dengan biaya skt Rp.650.000/malam. Setelah istirahat sebentar kami berjalan kaki di sekitar hotel untuk cari makan malam. Sayangnya sepanjang kaki melangkah, tidak ada tempat makan yang sesuai dengan kriteria kami yaitu nyaman dan harganya tdk terlalu mahal. Kebanyakn restaurant di sana adalah murah tapi gak nyaman atau nyaman tapi mahal. Dan melihat kondisi ini, gw merasa malu krn kita gak bisa kasih yang terbaik untuk para turis mancanegara di bidang kuliner. Akhirnya kami makan di restaurant kecil namanya Maknyus di dekat hotel Kila dan yang kami makan adalah pecel ayam, yang rekomendasinya kami dapat dr abang penjual martabak "terang bulan" yang baik. Dan harga makan malam kami untuk 4 orang adalah Rp.120.000. Dan malam pun berakhir dan kami tidur nyenyak sekali.

Video lengkapnya, cek di sini yawww.


Hari Kedua

Pagi harinya kami bangun jam 6 pagi dan menikmati udara segar dan pantai senggigi yang indah dan lanjut dengan sarapan. Setelah itu, kami memutuskan untuk naik speed boat yang private menuju Gili Trawangan. Tadinya harga yang dipatok adalah pp Rp.800.000 dan berhasil kami tawar menjadi Rp.700.000. Nama boatnya adalah Aisyah. Kenapa kami pilih yang private krn kami sudah kesiangan untuk naik yang public boat. Perjalanan dengan boat dr  Senggigi ke Gili Trawangan hanya ditempuh selama 10 menit.

Setelah tiba di Gili Trawangan, kami bingung mau apa dan hanya berkeliling kampung selama satu jam di tengah teriknya matahari. Karena kelelahan, kami memutuskan masuk ke sebuah kafe yang direkomendasikan oleh majalah citilinkers, yaitu kafe Banyan Tree. Tempatnya sangat nyaman, pelayannya ramah, minumannya segar dan yang paling enak adalah perpaduan minumannya antara buah naga, alpukat dan apel... Plus kue-kuenya yang glutten free, kami ambil yang basicnya wortel dan satu lagi yang basicnya pisang. Pokoknya recommended banget nih tempat, plus toiletnya yang bersih.

Buat yang sudah sering ke Gili Trawangan sih, banyak yang kecewa dengan situasinya sekarang, terlalu padat dan business oriented. Dan denger-denger juga, banyak kafe atau outlet yang pemiliknya dalah bukan orang lokal, sayang sekali ya...

Setelah itu, kami mutusin untuk ikut paket snorkeling ke 3 pulau: Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air. Karena kami sudah ketinggalan kapal yang buat publik lagi, yang berangkat setiap jam 10 pagi dan 1 siang dan masing-masing lamanya 4 jam (per orang sekitar Rp.150.000); akhirnya kami lagi2 pilih kapal private buat berempat totalnya Rp.1.000.000 dan juga 4 jam lamanya. Itu sudah termasuk peralatan snorkeling.

Untuk pemula seperti kami, ini adalah pilihan yang tepat, untuk yang takut lompat, di kapal juga disediakan tangga untuk naik dan turun. Kapal kami dikawal oleh 2 orang. Yang satu sebagai nahkodanya dan satu lagi ikut snorkeling dengan kami sambil menunjukkan tempat-temapt yang punya pemandangan bawah laut yang indah-indah. Kami berangkat tepat jam 11 siang.

Petualangan kami bersnokeling dimulai dari Gili Air (yang terjauh) ditempuh sekitar 10 menit dari Gili Trawangan, banyak sekali ikan yang kami temui dengan beraneka ragam warnanya dan kami juga membawa roti tawar untuk memberi makan ikan-ikan itu. Seru sekali!!! Kami menghabiskan waktu hampi 1 jam di sana. Sayangnya, di dasar lautan banyak tali/kawat yang sedikit merusak keindahan. Oya, di sini kita boleh merapat dan makan siang, tapi saking serunya kami memutuskan untuk tidak makan siang di sana.

Setelah itu, kami pindah ke Gili Meno, yang katanya kalau kita beruntung bisa bertemu kura-kura di dalam lautan. Sayang kami tidak beruntung. Di sini karangnya sangat cantik meskipun ikan yang kami temui tidak begitu banyak. Kami tidak boleh merapat ke daratan di sini. Kami bersnokeling ria di sini selama kurang lebih 30 menit. Trus, lanjut snokeling di wilayah Gili Trawangan, yang mempunyai karang yang juga indah dan sedikit ikan. Di sini kami hanya menghabiskan waktu sekitar 15 menit karena sudah kelelahan akibat terlalu bersemangat di Gili Air.  Tepat jam 14.30 WIB kami tiba di daratan Gili Trawangan. Kami langsung bertanya kepada pengemudi kapal, restoran mana yang makanannya enak tapi harganya terjangkau dan pilihan kami jatuh kesana: restaurant ZUKU.

Tempatnya tidak terlalu wow tapi makanannya lumayan enak, apalagi menu yang gw pilih adalah ikan sambal mentah, mmmhhh nyum nyum...  ikan kakap segar yang dibakar dan diberi sambal mentah yang terdiri dari tomat, bawang merah dan cabai saja. Ada juga yang pesan nasi goreng, ikan tuna, dan gado. Untuk semua itu, plus 2 teh manis dingin dan 1 botol air mineral besar, kami menghabiskan Rp. 207.000 (jadi satu orang sekitar Rp. 50.000an). Setelah itu kami melihat pembudidayaan kura-kura, tanpa bayar apapun dan boleh donasi. Tepat jam 15.30 wib, kami kembali ke Senggigi dengan kapal yang sama seperti pagi harinya.

Pak Pandi (Supir mobil rental kami) mengajak kami untuk mencoba sate rembige yang khas lombok. Sate rembige itu adalah sate sapi yang dimarinate dulu dengan bumbu yang rasanya mirip bumbu gepuk cuma sedikit lebih pedas. Dan nyum-nyum enak sekali, lalu ditambah dengan es kelapa muda gula aren yang wow rasanya seger banget. Plus nasi putih, sate ayam dan ikan nila bakar, kami menghabiskan sekitar Rp.217.500 (plus jatah untuk supir).

Jadi trendnya sekarang adalah, supir lokal yang membawa tamu ke restoran-restoran tertentu akan disiapkan makan pagi/siang/malamnya di tempat khusus oleh restaurant dan biayanya dichargekan ke tamunya, buat saya sih fair dan nyaman juga.

Lalu kami akhirnya menuju perjalanan ke hotel yang dekat dengan Bandara: Hotel D'Max, dengan melalui bukit kera/monyet. Tapi sebelumnya kami mampir sebentar ke tempat beli oleh-oleh: Sasaku. Di Sasaku kita bisa melihat berbagai jenis barang dan makanan khas lombok: kain tenun, kacang mete, kaos, tas, dan pernak -pernik lainnya. Harganya juga sebenarnya tidak terlalu mahal, karena kualitas barang yang ada di sana menurut saya bukan yang premium tapi juga tidak jelek. Di sana saya membeli kaos pantai, keripik sawi, kacang mete, dan sambal ayam taliwang.

Dan setelah itu kamipun tiba di hotel D'max yang sederhana tapi nyaman dan lokasinya sangat strategis, hanya sekitar 5 menit dengan mobil ke bandara. Kami memilih family room dan biayanya per malam adalah sekitar Rp. 450.000 (booking melalui traveloka).


Hari Ketiga
Pagi harinya kami kembali ke Jakarta dengan Citilink lagi... Dan selesailah acara liburan singkat kami yang sangat menyenangkan dan sangat berkesan...

Sampai jumpa di liburan berikutnya ya...




No comments:

Post a Comment